AFJNews.online | LABUHANBATU – PT. Hari Sawit Jaya (HSJ), yang berada di desa Sidumulyo kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhanbatu, puluhan tahun lamanya secara terang-terangan membuang (mengalirkan) air, bekas pengelolahan limbah Pabrik atau air yang ada dikawasan Perkebunan Sawit PT. HSJ ke permukiman warga.
Akibatnya, hampir menyeluruh rumah warga di desa Selat Besar dusun Cinta Karya dan dusun Selat Cina kecamatan Bilah Hilir terendam banjir Tahunan sewaktu musim penghujan.
Bukan hanya pemukiman warga, Air Pabrik PT HSJ yang meluap juga mengakibatkan ratusan Hektar lahan Pertanian warga digenangi air PT HSJ tersebut. Hingga ratusan hektar tanaman Padi di persawahan warga gagal panen.
Salah satu perwakilan petani di desa itu, Rinto Purba menyampaikan, sebelum berdirinya Pabrik kelapa Sawit PT HSJ, desa Selat Besa dusun Cinta Karya dan dusun Selat Cina tidak pernah mengalami banjir. Hasil Panen dari Pertanian Warga setiap tahunnya juga melimpah. Tapi, setelah tahun 2 (Dua ribuan), PT HSJ mulai mengalirkan Air Pabrik dan Perkebunan mereka secara langsung ke aliran Parit (Drainase) warga. Hingga, secara rutin setiap tahun desa Selat Besar dusun Cinta Karya dan dusun Selat Cina, pasti terendam banjir dan Padi warga pasti gagal panen. Sabtu, (12/8/2023).
Kata Rinto, untuk mulai masuk mengerjakan sawah dan menanam padi, kami para petani di Bulan 9 (sembilan) nanti, disaat musim penghujan turun. Tapi karena banjir kiriman dari PT HSJ padi yang telah kami tanam itu pasti hampir merata semua mati.
Kenapa tidak, sampai berbulan- bulan lamanya, tanaman Padi kami digenangi (tergenang air), hingga kedalaman 2 (dua) meter, air kiriman dari PT HSJ itu.
Kalau mau bisa bertani dan ada hasil, dengan terpaksa kami para petani melakukan ulang pembibitan padi dan menam kembali. Terkadang sampai 3 kali melakukan penanaman agar bisa bertani. Menjerit terkadang menangis melihat padi yang selesai ditanam, mati begitu saja karena Air kiriman PT HSJ.
Apalagi kata Rinto, air yang menggenangi persawahan masyarakat itu berminyak dan kehitaman menimbulkan bau. Tidak jarang, akibatnya kulit badan (tubuh kami), para petani mengalami gatal -gatal.
“Etikad baik serta perhatian dari PT HSJ juga tidak pernah diberikan, apalagi hampir merata bertani Padi merupakan hasil pokok mata pencarian kami warga desa Sei Kelapa”, jelas Rinto.
Memang pernah, di tahun 2018 dan 2019 PT. HSJ memberikan 20 ekor ternak Kambing untuk pengganti padi.
Namun, untuk kelanjutanya sampai saat ini tidak pernah lagi terjadi.
Pemberian ternak Kambing itupun bukan tidak beralasan, karena kehabisan kesabaran, waktu itu kami masyarakat dusun Sei Kelapa melakukan aksi ke PT HSJ dan menutup seluruh aliran Air PT HSJ dari Parit kami.
Hingga, perkebunan kelapa sawit PT HSJ juga mengalami banjir. Sampai -sampai Karyawan panen kebun PT HSJ menggunakan sampan untuk memanen buah kelapa sawit PT HSJ.
Saat ini juga kesabaran kami masyarakat petani sudah mulai habis, kami petani mau mengadu kesiapa juga tidak tau. Bentuk perhatian atau solusi yang diharapkan dari pihak HSJ dan Pemerintah juga tidak ada. Apalagi waktu dekat bulan 9 ini, kami petani mulai memasuki sawah dan menanam padi.
Bagaimana kami bisa bertahan hidup, kalau mau bertani gagal dan tidak bisa panen. Bukan tanggung, 1 (satu orang petani) menanam 1 sampai 2 hektar, sudah siap penanaman, hanya karena air kiriman dari PT HSJ yang tidak tau jenis airnya apa, menggenangi ratusan hektar persawahan kami.
“Akibatnya sebagian Animo masyarakat Petani padi desa Selat Besar dusun Cinta Karya dan dusun Selat Cina, sudah berkurang dan jerah untuk menanam padi. Karena itu, sebagian lahan persawahanya sudah diubah menjadi darat untuk ditanami pohon kelapa sawit. Kedepanya kami tau lagi, apa masih mau memilih untuk bertani padi atau tidak”, keluh Rinto.
Tim Redaksi