Batam, AFJnews.Online – Aktivitas cut and fill yang berlangsung di Jalan Hang Tuah, Kelurahan Belian, Kecamatan Batam Kota, menuai sorotan dari masyarakat. Kegiatan pematangan lahan yang dikerjakan oleh PT Tunas Sakti tersebut dinilai meresahkan warga sekitar, berpotensi membahayakan keselamatan pengguna jalan, serta diduga berdampak terhadap kondisi lingkungan, termasuk munculnya banjir di kawasan tersebut. Jum’at (19/12/2025)
Berdasarkan informasi yang dihimpun di lapangan, aktivitas cut and fill itu dilakukan di atas lahan seluas kurang lebih 13 hektare. Seorang pekerja di lokasi bernama Jonas mengungkapkan bahwa pekerjaan tersebut disebut-sebut merupakan bagian dari arahan pimpinan daerah.
“Kami hanya bekerja sesuai arahan. Informasinya kegiatan cut and fill ini diperintahkan langsung oleh Ibu Li Claudia Chandra,” ujar Jonas kepada awak media saat ditemui di lokasi.
Jonas juga menjelaskan bahwa material hasil pemotongan lahan rencananya akan dimanfaatkan untuk keperluan penimbunan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berlokasi di Jalan Patimura, Kabil, Kecamatan Nongsa.
“Tanah hasil potongan ini akan digunakan untuk penimbunan di TPA Patimura Kabil,” tambahnya.
Sementara itu, masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi mengaku terganggu dengan aktivitas cut and fill yang beroperasi pada siang hari. Selain kebisingan, debu tebal serta lalu lalang dump truck dinilai mengganggu aktivitas warga dan berpotensi membahayakan keselamatan pengguna jalan.
Warga menyebutkan bahwa material tanah kerap tercecer di badan jalan, mengurangi jarak pandang pengendara, dan menyebabkan jalan licin saat hujan turun.
“Debunya tebal, tanah sering berserakan di jalan. Kalau hujan, jalannya licin dan rawan kecelakaan. Ini jelas membahayakan pengguna jalan,” ujar salah seorang warga.
Selain persoalan keselamatan, warga juga menyoroti dampak lingkungan dari aktivitas tersebut. Menurut masyarakat, sebelum kawasan itu dibuka dan hutan dibabat, wilayah sekitar tidak pernah mengalami banjir.
Namun sejak bukit-bukit dipotong dan vegetasi alami berkurang akibat aktivitas cut and fill, banjir disebut mulai sering terjadi setiap kali hujan deras mengguyur kawasan tersebut.
“Dulu daerah ini tidak pernah banjir. Setelah hutan digunduli dan bukit-bukit dipotong, sekarang hujan deras air sudah meluap ke jalan ,” ungkap warga lainnya.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak jangka panjang, termasuk potensi banjir berulang dan risiko longsor, mengingat kawasan tersebut sebelumnya berfungsi sebagai daerah resapan air.
Masyarakat pun berharap BP Batam dapat menjalankan fungsi pengawasan secara maksimal terhadap setiap aktivitas pematangan lahan, tidak hanya pada tahap penerbitan izin, tetapi juga dalam pelaksanaannya di lapangan.
Warga menilai pengawasan diperlukan agar izin pematangan lahan tidak disalahgunakan dan tetap memperhatikan aspek lingkungan serta keselamatan publik.
Hutan Dibabat, Bukit Dipotong, Warga Jalan Hang Tuah Batam Keluhkan Banjir
Redaksi2 min baca

















